Pemberdayaan Pemuda di Kebun Merdesa Kabupaten Bogor Melalui Pelatihan dan Pendampingan Pembuatan Serbuk Bumbu Dapur Berbasis Teknologi Farmasi
- Admin
- Artikel
Oleh: Dr. apt. Novi Fajar Utami, M.Farm.
Dosen Program Studi Farmasi, FMIPA, Universitas Pakuan
Inovasi dalam pengolahan hasil bumi menjadi produk bernilai tinggi merupakan salah satu solusi strategis untuk meningkatkan kesejahteraan petani di Indonesia. Di Kabupaten Bogor, khususnya di Kebun Merdesa, Dr. apt. Novi Fajar Utami, M.Farm dari Universitas Pakuan menginisiasi program pemberdayaan pemuda melalui pelatihan dan pendampingan pembuatan serbuk bumbu dapur berbasis teknologi farmasi. Program ini bertujuan untuk mengatasi permasalahan rendahnya harga jual tanaman rimpang akibat permainan harga tengkulak dan meningkatkan nilai tambah produk pertanian.
Mengatasi Permasalahan Petani Rimpang
Tanaman rimpang, seperti jahe, kunyit, lengkuas, dan temulawak, merupakan komoditas yang banyak ditanam di Kabupaten Bogor. Namun, para petani sering menghadapi tantangan berupa harga jual yang rendah, terutama ketika produksi melimpah. Permainan harga yang dilakukan tengkulak membuat petani tidak mendapatkan keuntungan yang layak. Selain itu, rimpang segar memiliki umur simpan yang pendek sehingga sulit disimpan lama tanpa mengalami kerusakan.
Solusi yang ditawarkan oleh Dr. Novi Fajar Utami adalah mengolah rimpang menjadi serbuk bumbu dapur dengan menggunakan teknologi farmasi. Dengan metode ini, rimpang yang dihasilkan tidak hanya memiliki nilai jual lebih tinggi, tetapi juga memiliki umur simpan yang lebih panjang. Pengolahan ini memungkinkan rimpang untuk dipasarkan dalam bentuk yang lebih stabil dan tidak mudah rusak, yang pada akhirnya mengurangi ketergantungan petani pada tengkulak.
Pengolahan Rimpang Menjadi Serbuk Bumbu Dapur Berbasis Teknologi Farmasi
Dalam program ini, pemuda-pemuda di Kebun Merdesa diberikan pelatihan mengenai proses pengolahan rimpang menjadi serbuk bumbu dapur. Tahapan-tahapan yang diajarkan meliputi:
- Proses Pengeringan dan Ekstraksi
Tanaman rimpang segar dikeringkan dengan menggunakan teknologi yang dirancang untuk menjaga kandungan zat aktifnya. Teknologi farmasi digunakan untuk memastikan bahwa setiap rimpang yang diolah menjadi serbuk tetap mengandung khasiat alami yang dibutuhkan oleh konsumen, baik sebagai bumbu dapur maupun sebagai produk kesehatan.
- Penggilingan dan Penyaringan
Setelah dikeringkan, rimpang digiling menjadi serbuk halus menggunakan mesin penggiling modern yang meminimalisir kontaminasi dan kehilangan zat aktif. Proses penyaringan dilakukan untuk mendapatkan ukuran partikel yang sesuai sehingga serbuk dapat digunakan secara optimal dalam masakan.
- Pengemasan Berbasis Teknologi Farmasi
Salah satu aspek penting dalam program ini adalah pengemasan. Pengemasan yang menarik dan higienis tidak hanya membuat produk terlihat lebih profesional, tetapi juga melindungi kualitas serbuk dari kelembaban dan kontaminasi. Kemasan vakum dan penggunaan bahan pengemas yang ramah lingkungan diperkenalkan untuk memberikan daya tahan lebih lama pada produk. Selain itu, produk dipasarkan dengan merk tertentu, yang meningkatkan citra dan daya jual di pasaran.
Potensi Pemasaran dan Nilai Jual
Produk serbuk bumbu dapur yang dihasilkan dari program ini memiliki potensi besar untuk dipasarkan di berbagai segmen pasar. Mulai dari pasar tradisional hingga pasar modern seperti supermarket, dan bahkan di platform e-commerce. Dengan bentuk serbuk, produk ini lebih praktis digunakan oleh konsumen karena lebih mudah disimpan dan digunakan dalam berbagai hidangan.
“Nilai jual produk juga meningkat secara signifikan dibandingkan rimpang segar. Hal ini karena produk serbuk bumbu dapur memiliki daya simpan yang lebih lama, kualitas yang stabil, dan kemasan yang lebih menarik. Dengan pengelolaan yang tepat, produk serbuk bumbu ini dapat bersaing di pasar nasional dan berpotensi untuk diekspor.” tutur Novi.
Peningkatan Kesejahteraan Petani dan Pemuda di Kebun Merdesa
Melalui program pemberdayaan ini, diharapkan akan terbentuk unit-unit usaha mikro yang dikelola oleh pemuda-pemuda di Kebun Merdesa. Kurikulum Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) juga diterapkan dalam program ini, sehingga mahasiswa dapat terlibat langsung dalam pengabdian kepada masyarakat sekaligus mendapatkan pengalaman kerja nyata.
Keberadaan unit usaha mikro ini tidak hanya memberikan lapangan pekerjaan baru bagi pemuda, tetapi juga membantu meningkatkan penghasilan para petani rimpang. Dengan harga jual yang lebih tinggi dan pasar yang lebih luas, kesejahteraan petani diharapkan meningkat, serta perekonomian keluarga mereka dapat diperbaiki. Selain itu, program ini juga mempromosikan kemandirian ekonomi di kalangan pemuda, sekaligus meningkatkan daya saing mereka dalam menghadapi tantangan ekonomi global.
Kesimpulan
Program pemberdayaan pemuda di Kebun Merdesa Kabupaten Bogor melalui pelatihan dan pendampingan pembuatan serbuk bumbu dapur berbasis teknologi farmasi merupakan langkah inovatif untuk mengatasi permasalahan petani rimpang, terutama dalam hal rendahnya harga jual dan umur simpan rimpang. Dengan pemanfaatan teknologi farmasi, produk rimpang dapat diolah menjadi serbuk bumbu dapur yang memiliki nilai jual tinggi dan tahan lama. Hal ini tidak hanya membuka peluang ekonomi baru bagi petani, tetapi juga memberdayakan pemuda setempat untuk menjadi pelaku usaha yang mandiri. Dengan adanya kurikulum MBKM yang berorientasi pada pengabdian masyarakat, program ini diharapkan dapat menjadi model sukses pemberdayaan masyarakat di bidang pertanian dan pengolahan hasil bumi.