Kebutuhan Bahan Baku Aktif Farmasi Berbasis Ekstrak Tanaman, Kuliah Umum Prodi Farmasi Tahun 2024
- Admin
- Berita
Kebutuhan Bahan Baku Aktif Farmasi Berbasis Ekstrak Tanaman, Kuliah Umum Prodi Farmasi Tahun 2024
“Obat herbal tradisional adalah warisan budaya Indonesia yang perlu dilestarikan. Standarisasi bahan baku dari ekstrak tanaman, diperlukan untuk menjamin efektivitas dan keamanan obat tradisional."
Pada Rabu, 23 Oktober 2024, Prodi Farmasi FMIPA Universitas Pakuan mengadakan Kuliah Umum Farmasi dengan tema "Kebutuhan Bahan Baku Farmasi Aktif Berbasis Ekstrak Tanaman." Acara tersebut diikuti oleh 110 mahasiswa, dengan tujuan meningkatkan pengetahuan dan pemahaman tentang peluang dan kesulitan pemenuhan bahan baku farmasi berbasis bahan alam di Indonesia.
Seiring dengan tren "Back to Nature", yang memanfaatkan bahan-bahan alami untuk promosi kesehatan, pencegahan penyakit, penyembuhan penyakit, dan upaya pemulihan, permintaan akan obat berbasis bahan alam semakin meningkat. Tren ini membuka kesempatan untuk memanfaatkan obat berbasis bahan alam dalam pelayanan kesehatan, terutama dalam menangani beban ganda pembangunan kesehatan yang disebabkan oleh munculnya penyakit emerging dan reemerging, serta penyakit tidak menular.
Emerging disease adalah penyakit yang muncul untuk pertama kalinya dan menyerang suatu populasi dengan cepat, sedangkan re-emerging disease adalah penyakit yang muncul kembali dan menyerang suatu populasi namun meningkat dengan sangat cepat. Yang dimaksud penyakit tidak menular misalnya diabetes, hipertensi, stroke, kanker, penyakit jantung, dan sebagainya.
Salah satu masalah utama dalam pengembangan obat bahan alam adalah ketersediaan bahan baku yang terstandarisasi. Standarisasi bahan baku sangat penting untuk menjamin keamanan, khasiat, dan kualitas produk yang dihasilkan. Selain itu, bahan baku yang tidak terstandar dapat mengakibatkan variasi dalam kandungan kimia dan efek farmakologis, serta mengganggu proses komersialisasi produk di pasar. Oleh karena itu, pemerintah, industri, akademisi, dan komunitas harus bekerja sama untuk mengembangkan standarisasi bahan baku obat berbasis tanaman.
Yulianita, M. Farm., dosen tetap program studi Farmasi FMIPA UNPAK, merupakan ketua penyelenggara kuliah umum ini. Narasumber ahli yang dihadirkan yaitu Dr. rer. nat. Apt. Chaidir dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). Beliau membahas dua topik utama yaitu mengenai Perkembangan Obat Tradisional di Indonesia (membahas sejarah dan klasifikasi obat tradisional, termasuk perbedaan antara jamu, obat herbal terstandar, dan fitofarmaka), dan topik kedua tentang Bahan Baku Obat Bahan Alam di Indonesia (mengupas persyaratan dan proses standarisasi bahan baku obat bahan alam). Dalam kuliah umum ini, dijelaskan berbagai faktor yang mempengaruhi kualitas bahan baku, seperti daerah asal tumbuh, varietas tanaman, masa panen, dan tantangan yang dihadapi untuk memenuhi standarisasi bahan baku dari herbal di Indonesia.
Berbicara tentang kegiatan kuliah umum ini, Dr. rer. nat. Apt. Chaidir berharap penelitian yang dilakukan ke depannya bisa lebih spesifik. Misalnya, ketika meneliti ekstrak bahan alam, kita perlu mengetahui dari mana bahan alam berasal, tumbuh di ketinggiam berapa, metode penyiramannya bagaimana, dan apakah bahan yang diambil itu tua atau muda. Banyak penelitian menggeneralisasi tentang bahan baku yang digunakan, padahal komponen-komponen ini dapat memengaruhi kandungan dan aktivitas tanaman. Keamanan, mutu, dan manfaat adalah tiga landasan utama yang harus selalu diutamakan saat membuat obat yang terbuat dari bahan alam.
Mahasiswa secara aktif berdiskusi dengan narasumber, yang dimoderasi oleh Apt. Nisa Najwa, M.Farm. Prodi Farmasi, FMIPA Universitas Pakuan berharap mahasiswa dapat memahami potensi besar obat berbasis bahan alam, terutama dalam industri farmasi. Mahasiswa juga diharapkan dapat berkontribusi melalui penelitian dan pengembangan obat berbasis bahan alam yang terstandarisasi untuk mendukung kesehatan masyarakat dan industri farmasi Indonesia. Semoga kuliah umum ini dapat terus mendorong kerja sama dan inovasi antara akademisi, industri, dan pemerintah dalam pengembangan obat tradisional di Indonesia.